Selain media sosial atau aplikasi mobile, website masih menjadi salah satu andalan bagi perusahaan untuk dapat eksis di ranah internet. Website menjadi identitas utama suatu bisnis di antara ramainya dunia maya. Oleh karena itu pengembangan dan pengelolaan website tentu harus diperhatikan dengan serius.
Sering kali kita mendengar pertanyaan bagaimana supaya bisa cepat eksis dan punya awareness tinggi di internet. Jawabannya adalah, masuk saja di media sosial. Tetapi, betapa pun hebatnya media sosial yang bertebaran di internet saat ini, mereka hanyalah sebuah tool. Media sosial hanya menjadi semacam “gerbang masuk” ke website perusahaan.
Di dalam media sosial sendiri terdapat ekosistem yang sangat ramai, dan belum tentu konsumen bisa menemukan Anda dengan mudah.
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam memasarkan website adalah menguasai search engine optimization (SEO). Kemudian, terus mengelola strategi SEO tersebut supaya website perusahaan bisa muncul di urutan teratas, atau diusahakan muncul pada halaman pertama dalam setiap pencarian dengan kata kunci tertentu.
Menurut survei digital dari Accenture, sekitar 78% pengguna internet mencari informasi lewat pencarian dari Google. Jika strategi SEO perusahaan tidak mampu memunculkan nama perusahaan setidaknya pada halaman pertama pencarian, maka tentu sulit bagi perusahaan untuk dapat dikenal, apalagi mencetak penjualan.
Berteman dengan media sosial
Dulu sebelum bermunculannya media sosial, banyak perusahaan berlomba-lomba membangun situs pribadi, membeli nama domain, mendaftarkannya pada search engine, lalu berusaha mempromosikannya. Apa pun jenis bisnisnya, mulai dari restoran, toko buku, ritel, sampai salon, langkahnya selalu sama seperti itu.
Kini dengan munculnya media sosial, timbul kebingungan pada perusahaan-perusahaan tersebut. Apakah mereka harus meninggalkan situs pribadinya dan fokus bermain pada halaman Facebook atau Twitter saja misalnya?
Memang benar website perusahaan atau situs pribadi juga hanyalah sebuah tool atau mungkin merupakan gerbang masuk saja. Tapi setidaknya, itu adalah aset milik perusahaan sendiri. Di dalam website perusahaan, Anda bisa punya kendali yang lebih tinggi dan di sana pulalah Anda bisa memiliki nama (domain) sendiri tanpa harus masuk dulu ke media sosial atau portal lainnya.
Di dalam website pula, Anda punya peluang menjadi besar dan mengembangkan merek sendiri untuk menduduki ranking tertentu di halaman pencarian, atau Alexa misalnya. Bahkan media sosial seperti Facebook pun, dulunya juga membeli domain dan membangun brand-nya sendiri.
Media sosial lebih penting dari website?
Berpromosi lewat media sosial bukan berarti kita menelantarkan “rumah” di mana kita sudah mempunyai konten dan domain sendiri. Kita tidak bisa begitu saja menyerahkan semua konten dan sumber daya ke media sosial. Memang benar kini semakin banyak aktivitas perusahaan yang dilakukan lewat situs-situs media sosial. Walaupun demikian, kita harusnya memperlakukan media ini sebagai jembatan dan channel untuk menyedot traffic konsumen ke website kita sendiri.
Website harus bekerja sama dan memanfaatkan berbagai link ke situs lainnya. Bermain di website sendiri dan berteman dengan media sosial menjadi sangat penting. Marketer harus berpikir bagaimana membangun website pribadi dengan mengintegrasikan teknologi dan berbagai fitur seperti search engine, e–mail, fitur mobile, dan media sosial sebagai jembatan atau gerbang masuk ke website perusahaan. Sekali lagi, tujuannya adalah menciptakan dan menarik traffic ke website sendiri, dan bukannya justru memberikan traffic ke situs lain.
Jika sedang memanfaatkan media sosial, selalu permudahlah konsumen dengan link atau URL yang bisa menuntun mereka ke website perusahaan. Pastikan mereka mengenal brand kita, dan bukannya merek media sosial yang mereka gunakan. Gunakan media sosial sebagai sarana pendukung melempar isu-isu yang sedang hot, memicu buzz, percakapan, melibatkan konsumen, menyebarkan awareness seluas mungkin, sebagai tools untuk customer service/customer care perusahaan, dan lain-lain.